Selasa, 28 Desember 2010

BERITA LENGKAP SEPUTAR PIALA AFF GANNYANG MALAYSIA

Striker Malaysia, Norshahrul Idlan Talaha.


Malaysia sangat geregetan dengan Indonesia. Kekalahan 1-5 pada babak penyisihan Grup A bagai tombak yang masih menancap di dada mereka. Maka dari itu, mereka sangat menunggu pertemuan pada babak final Piala AFF 2010 untuk melakukan pembalasan.

Salah satu striker Malaysia, Norshahrul Idlan Talaha, menyatakan bahwa timnya amat siap untuk melakukan pembalasan pada pertandingan leg pertama final Piala AFF 2010 di Stadion Bukit Jalil, 26 Desember, juga pada leg kedua di Jakarta, 29 Desember nanti.

"Ini momen yang telah kami tunggu pada bulan ini. Kami bertekad pada pertemuan ini bisa membalas kekalahan memalukan itu. Kami juga bertekad membawa gelar Piala AFF yang tak pernah kami rasakan sejak digelar tahun 1996," sumbar Talaha kepada aseanfootball.org.

Malaysia memang bangkit setelah dibantai Indonesia 5-1. Mereka menahan Thailand 0-0 dan menundukkan Laos 5-0 untuk memastikan langkah ke semifinal. Di semifinal, mereka mengalahkan juara bertahan Vietnam, 2-0, secara agregat.

"Aku kira, pertahanan Indonesia bisa dijebol, terutama sisi tengahnya. Menurutku, Indonesia juga dibantu keberuntungan karena bertemu Filipina yang notabene lawan ringan di semifinal," katanya.

Talaha menambahkan, "Bagiku, yang terpenting tim bisa menang."



PIALA AFF
Kok Gonzales? Mau Irfan Aja, Ganteng...
Irfan Bachdim dikalungi bunga ucapan selamat datang oleh siswi Sekolah Indonesia Kuala Lumpur saat tiba di Malaysia, Jumat (24/12/2010). Batik Motif Irfan Bachdim Laris Irfan Bachdim Pun Diklaim Malaysia Para pemain tim nasional Indonesia bak menjadi "selebriti" baru. Ibu-ibu yang selama ini tak suka bola pun seakan terhipnotis. Mereka ikut "demam" dan berburu kaus bertuliskan nama pemain idolanya.

Salah satunya Solihati (40). Warga Duren Sawit, Jakarta Timur, ini turut dalam euforia terhadap sejumlah pemain nasional. Ia menggandrungi Irfan Bachdim. Alasannya? bukan karena performa dan teknik gocek bolanya, melainkan karena rupa Irfan yang dianggapnya rupawan.
Solihati pun harus ke sana kemari mencari kaus bertuliskan "Irfan" yang sesuai ukurannya. Ketika sang penjual menawarinya kaus bertuliskan "Gonzales", ia sontak menolak. "Ah, kok Gonzales? Saya maunya Irfan, ganteng," kata Solihati, saat mencari atribut kaus timnas di Kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu (25/12/2010).
"Gonzales kan juga mainnya bagus, Bu," bujuk sang penjual. Kebetulan, ia hanya memiliki kaus "Gonzales" yang sesuai ukuran Solihati.
"Saya enggak tau main bagus gimana. Yang penting ganteng, ya Irfan," Solihati ngotot.
Akhirnya, ia pun berlalu dan mencari kaus idamannya di penjual yang lain. Nah, kalau ngefans, berapa prediksi hasil pertandingan Indonesia vs Malaysia besok, Bu? "Berapa ya? 2-0 aja deh. Saya juga enggak ngerti-ngerti banget bola. Mudah-mudahan ada Irfan besok ya," ujar Solihati yang semangat menyaksikan siaran pertandingan dari Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia.
Lucunya lagi, Solihati bahkan tak tahu dalam kompetisi apa timnas berlaga. "Ngerebutin piala apa ya? Saya enggak tahu. Cuma suka Irfan aja. Ha-ha-ha-ha...," katanya tertawa lebar.

Indonesia punya kenangan indah dan buruk dalam sejarah pertemuan dengan Malaysia. Indah pada 2004 dan 1987, buruk pada 1979. Maka dari itu, sebaiknya Indonesia lebih terinspirasi pertemuan 2004 dan 1987 serta belajar banyak dari kegagalan 1979.
Pada semifinal Piala AFF 2004 (dulu Piala Tiger), Indonesia kalah 1-2 di kandang pada leg pertama. Namun, Indonesia bangkit dan menang 4-1 di kandang Malaysia pada leg kedua sehingga lolos ke babak final. Sayang, pada final, Indonesia takluk dari Singapura.
Pengalaman buruk terjad pada 1979. Ini final SEA Games yang menentukan medali emas. Indonesia menjadi tuan rumah. Namun, Iswadi Idris dkk waktu itu dipaksa kalah 0-1 dan medali emas menjadi milik Malaysia.
Malaysia pun kini kembali mengungkap drama final SEA Games 1979 di Jakarta itu. Di depan 120.000 pendukung Indonesia, Malaysia tetap tampil ngotot dan menang.
Salah satu pemain Malaysia pada pertandingan itu, Soh Chin Aun, mengatakan, saat itu Malaysia memang memiliki tim bagus. "Itu pertandingan keras dan berat. Kami masih memiliki almarhum Mokhtar dan R Arumugan. Ada juga Santokh Singh, Abdullah Ali, Shukor Salleh, dan Jamal Nasir," ungkap Aun yang dijuluki "Towkay" ini kepada football.thestar.com.
"Melawan Indonesia di Jakarta merupakan pertandingan mengagumkan. Kami menyerang dan mereka juga menyerang. Tak mudah melawan Indonesia di kandang mereka. Mereka juga punya beberapa pemain hebat seperti Ronny Pasarela dan Iswadi Idris," kenangnya.
Hasil 0-0 bertahan hingga pertandingan nyaris usai. Tapi, sebelum peluit panjang, Malaysia mencetak gol lewat Mokhtar Dahari dan merebut medali emas. Duka Indonesia waktu itu.
Untungnya, Indonesia ketemu lagi Malaysia pada final SEA Games 1987, juga di Jakarta. Kali ini, Indonesia membayar dendam. Ricky Yakobi dkk menundukkan Malaysia 1-0 dan meraih medali emas.
Firman Utina seharusnya lebih banyak mengingat pertemuan tahun 1987 dan 2004. Semangat memenangkan pertandingan harus semakin besar. Namun, kegagalan pada 1979 juga harus menjadi pelajaran. Bagaimanapun, Malaysia bisa merepotkan di Jakarta. Namun, Indonesia juga bisa berlenggang di Kuala Lumpur.
Selamat berjuang, Indonesia. Garuda di dada kita dan kini saatnya juara.


MAIN DI BUKIT JALIL SIAPA TAKUT

Indonesia tak gentar sedikit pun bermain di Stadion Bukit Jalil pada leg pertama final Piala AFF 2010. Meski tuan rumah Malaysia akan didukung puluhan ribu suporter dan siap memanfaatkannya, Firman Utina cs tetap yakin bisa menang.Setidaknya, sikap itu disampaikan Manajer Indonesia, Andi Darussalam Tabusala. "Para pemain Indonesia adalah pemain profesional dan mereka siap tampil di mana saja di dunia ini. Selain itu, Bambang Pamungkas pernah bermain di Selangor (klub Malaysia). Maka, dia akan memiliki suporter di sini," kata Andi.
"Bagi kami, ke sini untuk bermain sepak bola. Tak ada isu lain yang perlu dipikirkan. Satu hal yang pasti, ini akan menjadi petandingan final yang hebat. (Firman Utina dan) Okto memang cedera dan belum fit 100 persen. Tapi, kami harap dia akan segera sembuh dan siap tampil," tambahnya.
Besarnya jumlah suporter Malaysia justru bisa berbalik menjadi beban bagi tuan rumah. Maka dari itu, apa pun situasinya, Indonesia tetap siap menunjukkan permainan terbaik demi hasil terbaik.

AWAS JANGAN KENA KARTU KUNING LAGI

Indonesia memiliki ancaman lebih berat daripada Malaysia dalam soal kartu. Lima pemain Indonesia sudah mengantongi kartu kuning, sementara Malaysia hanya tiga pemain. Jika pada leg pertama final Piala AFF 2010, Minggu (26/12/2010), terkena kartu kuning lagi, maka para pemain itu tak akan bisa main pada leg kedua, Rabu (29/12/2010).Kelima pemain Indonesia itu merupakan pasukan andalan. Mereka adalah Cristian Gonzalez, Oktovianus Maniani, Ahmad Bustomi, Muhammad Ridwan, dan Hamka Hamzah.
Gonzales dan Okto Maniani mendapat kartu kuning pada leg pertama semifinal lawan Filipina. Dalam leg kedua semifinal Piala AFF 2010, tiga pemain Indonesia mendapat kartu kuning. Mereka adalah Ahmad Bustomi, Muhammad Ridwan, dan Hamka Hamzah.
Oleh karena itu, pada partai pertama final Piala AFF 2010 di Stadion Bukit Jalil, lima pemain Indonesia itu harus hati-hati. Satu kartu kuning lagi akan memaksa mereka absen pada leg kedua dan itu bisa sangat merugikan perjalanan Indonesia dalam menjuarai Piala AFF untuk pertama kalinya.
Malaysia bisa saja memanfaatkan situasi ini. Mereka akan terus mengganggu dan memancing emosi kelima pemain itu agar melakukan tindakan-tindakan yang menghasilkan kartu kuning atau bahkan merah. Maka dari itu, para pemain Indonesia harus tetap konsentrasi dan tak terprovokasi.
Sebaliknya, Indonesia juga bisa memanfaatkan kondisi ini dengan memancing emosi tiga pemain Malaysia yang sudah mengantongi kartu kuning. Mereka adalah Mohd Safee Sali, Mahalli Jasuli, dan Mohd Amirulhadi Zainal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar